NORMA DAN ETIKA DALAM KEPERAWATAN
1.
PENGERTIAN
1.1 ETIKA KEPERAWATAN
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ ethos” dalam bentuk tunggal
mempunyai arti antara lain tempat tinggal yang biasa;padang rumput; kebasaan;
adat; akhlak; watak. Dalam benuk jamak (ta
etha) artinya adat kabiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang
bagi terbenuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(384-322 SM) . Dalam kamus umum bahasa indonesia (poerwadarminta,1953) etika
adalah ilmu pengetahuan tentang asas asas akhlak(moral )
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,
baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya
( Pastur scalia, 1971 ).
Perawat adalah yang sifat pekerjaannya selalu dalam situasi yang menyangkut
hubungan antar manusia,terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan
dapat memberikan dampak terhadap tiap individu yang bersangkutan.
Keperawatan sebagai suatu pelayan professional bertujuan untuk tercapainya
kesejateraan manusia. sebagai suatu profesi,perawat mempunyai kontak sosial
dengan masyarakat. ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat
untuk terus menerus memelihara dan menigkatkan mutu pelanyanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan
keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metologi dan dilandasi pula
dengan etika profesi.
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya
di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai
dari pasien, perawat dan interaksi sosial.
Kode etik perawat adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang
telah diterima oleh suatu profesi. Kode
etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan,
baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri
dan tim kesehatan lain.
1.2 PENGERTIAN
NORMA
Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam
kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving yaitu norma umum
yang berisi bagaimana cara berprilaku.
Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya
itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain
untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok
masyarakat,. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal
dari sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok
tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan
konkretasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai karena setiap norma
pasti terkandung nilai di dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma.
Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua yaitu: norma yang
datang dari Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di
sebut norma agama sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada
dasarnya keduanya dalam orientasi yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia
agar menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.
2.
JENIS-JENIS
2.1 JENIS-JENIS ETIKA
Etika dapat
ditinjau dari beberapa pandangan. Dalams sejarah lazimnya pandangan ini dilihat
dari segi filosofis yang melahirkan etika
filosofis, ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari
pandangan sosiologis yang melahirkan etika
sosiologis.
a)
Etika filosofis
Etika
filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis”
yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos”
yang berarti cinta, dan “sophia”
yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang
menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam
filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah
nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan
kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk
menganalisa.
b)
Etika teologis
Etika
teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan
ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
1.
Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan
ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
2.
Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih
kepada Tuhan
3.
Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada
Tuhan.
Orang
beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama
atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber
pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
c)
Etika sosiologis
Etika sosiologis
berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada
keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis
memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan
hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan
pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam
hubungannya dengan masyarakat.
d)
Etika Diskriptif dan Etika
Normatif
Dalam kaitan
dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika,
yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini
berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan
apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola
perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas
konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan
nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan
bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini
berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya
dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang
norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan
hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan.
Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia
harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
3.
Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang
berati kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara
baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri.
Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan
motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang
ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel kant menegaskan dua hal:
a.
Tidak ada hal di dunia yang bisa dianggap baik tanpa
kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa
merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui
bahwa kemauan ini merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
b.
Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik
adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan
yang dijalankannya demi kewajiban. Sejalan dengan itu semua tindakan yang
bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun
tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika
tersebut, namun kita juga tidak bisa menutup mata pada dua keberatan yang ada
yaitu:
a.
Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah
atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa
dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
b.
Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan
pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik
atau buruk.
4.
Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos”
yang berati tujuan. Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk
baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik
kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang
ditimbulkan baik.
2.2 JENIS-JENIS NORMA
Norma-norma
menjadi dasar pedoman bagi manusia untuk bertindak penilaian bagi manusia baik
atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1)
Norma khusus
Kelompok/bidang
tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika keperawatan, etika lingkungan,
etika wahyu, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan
tidak bisa mengatur semua bidang.
2)
Norma Umum
Norma umum
justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku
luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara
umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
1)
Norma sopan santun; norma ini menyangkut aturan pola
tingkah laku dan sikap perawat dalam bersosialiasasi kepada klien, keluarga
klien, dan tenaga medis lain. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara
lahiriah perawat dalam pergaulan sehari-hari, penilaiannnya kurang mendalam
karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
2)
Norma hukum; norma ini sangat tegas dituntut oleh
masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama.
Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan
keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan
dengan norma sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan
jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini
juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja,
sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
3)
Norma moral; norma ini mengenai sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan
seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi
dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja,
melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral
melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini
terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan
menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral
ini memiliki kekhusunan yaitu :
a)
Norma moral merupakan norma yang paling dasariah,
karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
b)
Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia
dalam bentuk perintah atau larangan.
c)
Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
d)
Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada
kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
3. TIPE-TIPE
ETIK
1) Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang
mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan
pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul
tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik,
hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik
merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan
waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang
meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu
dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberian pelayanan kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih
berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori
etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2) Clinical
ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari
bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan
pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya
persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3) Nursing
ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan
studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta
dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
4.
MANFAAT
4.1 MANFAAT ETIKA
KEPERAWATAN
1)
Memberikan dasar dalam mengatur hubungaan antara
perawat ,pasien ,tenaga kesehatan lain ,masyarakat,dan profesi keperawatan.
2)
Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
3)
Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam
melaksanakan praktik.
4)
Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan
keperawatan ( kozier & erb, 1989 ).
4.2 MANFAAT
NORMA
Sebuah norma adalah sebuah aturan, patokan atau
ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti dan tidak berubah. Dalam menjalankan
tugas sebagai seorang perawat, perawat harus melakukan tindakan/asuhan
keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawata. Dengan
adanya norma kita dapat memperbandingkan sesuatu hal lain yang hakikatnya,
ukurannya, serta kualitasnya kita ragukan. Norma berguna untuk menilai
baik-buruknya tindakan perawat. Sebuah norma bisa bersifat objektif dan bisa
pula bersifat subjektif. Bila norma objektif adalah norma yang dapat diterapkan
secara langsung apa adanya, maka norma subjektif adalah norma yang bersifat
moral dan tidak dapat memberikan ukuran.
5.
PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM
PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN
Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan
nilai-nilai dan perilaku kesehatan pada posisinya.Perawat bisa menjadi sangat
frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasien yang
mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini
disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama
yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu pasien untuk
mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut:
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut:
Seorang pengusaha yang sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam
negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat
kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi perdarahan lambung yang
menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga perokok berat
sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan
pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa,
karena pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan serta kesuksesannya
dalam bisnis. Kendati demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan dan kali
ini perawat menyusun list pertanyaan dan mengajukannya kepada pasien tersebut.
Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting dalam kehidupan bapak dari
daftar dibawah ini ?” Pasien diminta untuk memilih atas pertanyaan berikut:
1)
Bersenang-senang dalam kesendirian
(berpikir, mendengarkan musik atau membaca.
2)
Meluangkan waktu bersama keluarga.
3)
Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung,
main bola atau berenang.
4)
Menonton televisi.
5)
Membantu dengan sukarela untuk
kepentingan orang lain.
6)
Menggunakan waktunya untuk bekerja
Langkah berikutnya
adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan
nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai
berikut:
1.
Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak
terhadap kesehatan pasien, misalnya stress yang berkepanjangan dapat mengganggu
kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka sarankan kepadanya memilih secara
bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih masalah kesehatannya,
maka hal ini menunjukkan tanda positif.
2.
Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat
keinginan pasien dan promosikan nilai-nilai tersebut dan bila memungkinkan
dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda pasti akan
merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi
kegiatan bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.
3.
Tindakan: Berikan bantuan kepada pasien untuk
merencanakan kebiasaan baru yang konsisten setelah memahami nilai-nilai
pilihannya. Minta kepada pasien untuk memikirkan suatu cara bagaimana nilai
tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu
diucapkan perawat kepada pasiennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara
kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi
kesehatan anda”.
6.
PERILAKU ETIS PROFESIONAL
Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk
memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam
praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari
pendidikan perawat , dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan
sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan
keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini,
perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan.
7.
PENDEKATAN BERDASARKAN PRINSIP
Pendekatan berdasarkan
prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk
tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip
dalam etika biomedik antara lain;
1)
Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak
sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang:
2)
Menghindarkan berbuat suatu kesalahan;
3)
Bersedia dengan murah hati memberikan
sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya;
4)
Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan
resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul
ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.
Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi
bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati
kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya
kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan
bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila
pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan
hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu
metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih
penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan. Umumnya,
pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih
membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu
yang penting dalam etik.
8.
PENDEKATAN BERDASARKAN ASUHAN
Ketidakpuasan yang
timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan banyak
perawat untuk memandang “care” atau
asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral. Hubungan perawat dengan pasien merupakan pusat pendekatan
berdasarkan asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus kepada pasien,
sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat . Perspektif
asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama
dengan pasien atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan
bila diterapkan berdasarkan etika. Karakteristik perspektif dari asuhan
meliputi :
1)
Berpusat pada hubungan interpersonal
dalam asuhan;
2)
Meningkatkan penghormatan dan
penghargaan terhadap martabat klien atau pasien sebagai manusia;
3)
Mau mendengarkan dan mengolah
saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah pada tanggung-jawab
profesional;
4)
Mengingat kembali arti tanggung-jawab
moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati, perasaan
kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen
utamanya terhadap pasien dan belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap
pasien merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi sebagai peran dalam
memberikan asuhan keperawatan/kebidanan. Advokasi
adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien.
Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat atau bidan, dalam
menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang memiliki komitmen tinggi dalam
mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat
hal-hal sbb:
1)
Pastikan bahwa loyalitas staf atau
kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasien;
2)
berikan prioritas utama terhadap pasien
dan masyarakat pada umumnya;
3) Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan harus memberikan
informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil
keputusan.
Bertens k.1993.etika.jakarta.gramedia pustka utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar