Kamis, 15 November 2018

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK



LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK





Oleh:
Nama          : Nurdyah Ayu Oktaviani
NIM            : P1337420117002
Prodi          : DIII Keperawatan Semarang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

2018

       I.            KONSEP DASAR
1.      Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).  
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).

2.      Etiologi
     Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu :
a.       Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
b.      Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
1)      Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
2)      Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
c.       Tingkat energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
d.      Usia, usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)

3.      Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.                                                                  
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
4.      Tanda dan Gejala
a.       Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
b.      Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas.
c.       Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia.
d.      Perubahan EKG yang mencerminkan iskemik.
e.       Ketidaknyamanan setekah beraktivitas.
f.       Dispnea setelah beraktivitas.
g.      Menyatakan merasa letih dan lemah.







    II.            Pathway




 III.            Pengkajian Pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik
1)   Pemeriksaan Fisik
Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2)   Mengkaji tulang belakang
a.       Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang).
b.      Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada).
a.       Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan).
3)   Mengkaji sistem persendian, luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
4)   Mengkaji sistem otot, kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5)   Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6)   Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7)      Mengkaji  fungsional klien.
a)      Kategori tingkat kemampuan aktivitas.
b)      Rentang gerak (range of motion-ROM)
c)      Derajat kekuatan otot

 IV.            Rumusan Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik
2.     Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
3.     Gangguan pola tidur b.d nyeri.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

    V.            Perencanaan
1)      Rencana Tujuan
a)      Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
b)      Memperbaiki fungsi integumen
c)      Nyeri berkurang atau teratasi
d)      Dapat melakukan aktivitas secara bertahap
2)      Rencana tindakan
a)      Kaji penyebab nyeri, kaji skala nyeri, mengobservasi KU, observasi vital sign.
b)      Berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik distraksi relaksasi dan nafas dalam.
c)      Ajarkan teknik alih baring ciptakan lingkungan yang nyaman, menganjurkan klien untuk istirahat.
d)     Pantau mobilitas fisik pasien, anjurkan pasien beraktivitas semampunya, bimbing pasien dengan latihan ambulasi dini, ganti posisi secara periodic,bantu pasien dalam beraktivitas seminimal mungkin dengan berkolaborasi dengan tenaga medis lain.







DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba       Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.   Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi             NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second   Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.          Jakarta: Prima Medika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar