LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA DENGAN GANGGUAN MOBILITAS
FISIK
Oleh:
Nama : Nurdyah Ayu Oktaviani
NIM :
P1337420117002
Prodi : DIII Keperawatan Semarang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2018
I.
KONSEP DASAR
1. Definisi
Mobilisasi
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan
sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal
normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin,
biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
Imobilisasi
adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi)
didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologi
(kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),
penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan
volunteer (Potter, 2005).
2.
Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu :
a. Gaya hidup,
mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang
dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
b. Ketidakmampuan,
kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Ketidakmampuan
primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis akibat
gangguan atau cedera pada medula spinalis).
2) Ketidakmampuan
sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya :
kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera
akan berpengaruh terhadap mobilitas.
c. Tingkat
energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
d. Usia, usia
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun
sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
3.
Patofisiologi
Mobilisasi
sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja
sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi
tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi
isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung,
tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada
klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur
dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari
otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot
adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang.
Ketegangan
dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan
terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
4.
Tanda dan Gejala
a. Respon tekanan darah abnormal
terhadap aktivitas.
b. Respon frekuensi jantung abnormal
terhadap aktivitas.
c. Perubahan EKG yang mencerminkan
aritmia.
d. Perubahan EKG yang mencerminkan
iskemik.
e. Ketidaknyamanan setekah
beraktivitas.
f. Dispnea setelah beraktivitas.
g. Menyatakan merasa letih dan lemah.
II.
Pathway
III.
Pengkajian
Pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik
1) Pemeriksaan
Fisik
Mengkaji skelet tubuh
Adanya
deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada
titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2) Mengkaji
tulang belakang
a. Skoliosis
(deviasi kurvatura lateral tulang belakang).
b. Kifosis
(kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada).
a. Lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan).
3) Mengkaji
sistem persendian, luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
4) Mengkaji
sistem otot, kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
5) Mengkaji
cara berjalan
Adanya
gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas
lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan
dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke,
cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan
bergetar – penyakit Parkinson).
6) Mengkaji
kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi
kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari
lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7) Mengkaji fungsional
klien.
a) Kategori
tingkat kemampuan aktivitas.
b) Rentang
gerak (range of motion-ROM)
c) Derajat
kekuatan otot
IV.
Rumusan Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan cedera
fisik
2.
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri.
4.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum
V.
Perencanaan
1) Rencana Tujuan
a) Meningkatkan kekuatan, ketahanan
otot, dan fleksibilitas sendi
b) Memperbaiki fungsi integumen
c) Nyeri berkurang atau teratasi
d) Dapat melakukan aktivitas secara
bertahap
2) Rencana tindakan
a) Kaji
penyebab nyeri, kaji skala nyeri, mengobservasi KU, observasi vital sign.
b) Berikan
posisi yang nyaman, ajarkan teknik distraksi relaksasi dan nafas dalam.
c) Ajarkan
teknik alih baring ciptakan lingkungan yang nyaman, menganjurkan klien untuk
istirahat.
d) Pantau
mobilitas fisik pasien, anjurkan pasien beraktivitas semampunya, bimbing pasien
dengan latihan ambulasi dini, ganti posisi secara periodic,bantu pasien dalam
beraktivitas seminimal mungkin dengan berkolaborasi dengan tenaga medis lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal
Mental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar
Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Dengan
Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut
Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar