Jumat, 16 November 2018

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN IBU DIABETES MELITUS


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI DENGAN IBU DIABETES MELITUS



Disusun oleh :
Nama      : Nurdyah Ayu Oktaviani
NIM        : P1337420117002
Kelas       : 2-A1


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah  melimpahkan Rahmat dan hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Makalah Asuhan Keperawatan Bayi dengan Ibu Diabetes Melitus” dengan baik.
Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah  nilai mata kuliah Keperawatan Anak serta  merupakan  bentuk  tanggung  jawab penulis pada tugas yang dberikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Budiyati, SKep, Mkep, SpKepAn selaku dosen mata kuliah  Keperawatan Anak dan pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
            Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
          Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
                                                                                               


                                                                                                Semarang, 2 Agustus 2018



Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1
A.    Latar belakang .........................................................................
1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................
2
C.     Tujuan Penulisan .....................................................................
2
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................
3
A.  Definisi .....................................................................................
3
B.  Etilogi .......................................................................................
C.  Patofisiologi .............................................................................
D.  Pathway ....................................................................................
E.   Tanda dan Gejala .....................................................................
F.   Manifestasi Klinis ....................................................................
G.  Penatalaksanaan .......................................................................
H.  Pemeriksaan Penunjang ...........................................................
I.     Komplikasi ...............................................................................
J.     Prognosis ..................................................................................
K.  Terapi .......................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................
A.  Pengkajian ..............................................................................
B.  Diagnosa .................................................................................
C.  Intervensi .................................................................................
D.  Implementasi ...........................................................................
E.   Evaluasi ...................................................................................
3
3
6
6
6
7
8
8
8
8
9
9
13
13
14
16
BAB IV PENUTUP ..............................................................................
17
A.    Simpulan .................................................................................
17
B.     Saran ........................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA .…………………………………....…………….
18





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap kehamilan terutama kehamilan pertama. Kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali.
Gangguan pada kehamilan mumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan mengakibatkan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandung selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi yang begitu lahir adalah sekitar 2.500-4000 gram.
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi bayi dari ibu diabetes mellitus?
2.      Apa etiologi bayi dari ibu diabetes mellitus?
3.      Bagaimana patofisiologi bayi dari ibu diabetes mellitus?
4.      Bagaimana pathway bayi dari ibu diabetes mellitus?
5.      Apa saja tanda dan gejala bayi dari ibu diabetes mellitus?
6.      Apa saja manifestasi klinis bayi dari ibu diabetes mellitus?
7.      Bagaimana penatalaksanaan bayi dari ibu diabetes mellitus?
8.      Bagaimana pemeriksaan penunjang bayi dari ibu diabetes mellitus?
9.      Apa komplikasi yang terjadi kepada bayi dari ibu diabetes mellitus?
10.  Apa prognosis pada bayi dari ibu diabetes mellitus?
11.  Bagaimana terapi yang sesuai untuk bayi dari ibu diabetes mellitus?
12.  Bagaimana Asuhan Keperawatan bayi dari ibu diabetes mellitus?

C.    Tujuan Penulisan
1.         Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan  pada anak dengan ibu diabetes melitus
2.         Tujuan Khusus
a.         Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada anak dengan ibu diabetes melitus
b.         Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada anak dengan ibu diabetes melitus
c.         Mahasiswa mampu mengimplementasi pada anak dengan ibu diabetes melitus
d.        Mahasiswa mampu mengevaluasi pada anak dengan ibu diabetes melitus
e.         Mahasiswa mengetahui konsep pada anak dengan ibu diabetes melitus











BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi
Bayi dari ibu diabetes adalah bayi yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes.Bayi dari ibu diabetes adalah penyakit kronik yang komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hiperglikemi,arterisklerosis, dan neuropatik (gangguan struktus dan fungsi ginjal).
Bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes mempunyai morfologik tertentu yang jelas dan sama yaitu ukuran badan yang besar, makrosomia dan resiko angka kesakitan yang tinggi pada ibu hamil. Ibu diabetes akan melahirkan bayi dengan berat badan yang berlebihan, pada semua tingkat usia kehamilan dan bayi dengan berat badan lahir rendah pada kehamilan 37-40 minggu.

B.     Etiologi
1.      Ibu penderita diabetes (bayi beresiko untuk terjadi hipoglikemia)
2.      Multipara
3.      Ibu dengan predisposisi genetik untuk bayi dengan berat badan berlebihan
4.      Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton.

C.    Patofisiologi
Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yang dilahirkannya. Gangguan tersebut antara lain:


1.      Hipoglikemia.
Ibu diabetes akan mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia pada ibu ini juga menyebabkan hiperglikemia pada janin (difusi memalui plasenta). Bila glukosa dapat berdifusi melalui plasenta, sebaliknya insulin ibu tidak dapat ditransfer ke janin. Hal ini menyebabkan pangkreas janin terangsang untuk memproduksi insulin sendiri. Hasilnya adalah hiperinsulinemia pada janin. Segera setelah lahir terjadi pemutusan aliran darah ibu ke janin, akibatnya suplai glukosa dari ibu juga terhenti. Namun insulin masih tetap diproduksi oleh pangkreas bayi sebagai adaptasi terhadap kondisi hperglikemia sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan hipoglikemia pada bayi baru lahir.
2.      Makrosomia.
Bayi pada ibu diabetes cenderung lebih besar dan montok daripada bayi lahir normal. Mekanisme yang menyebabkan janin ini tumbuh berlebih belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi, dari beberapa penelitian didapatkan adanya korelasi positif antara tingkat hiperglikemia ibu dan tingkat makrosomia janin pada ibu yang tidak mengalami penyakit vaskuler. Hal tersebut dimungkinkan karena hiperglikemia dan hiperinsulinemia pada janin secara bersama-sama dapat menyebabkan peningkatansintesis glikogen, lipogenesis dan sintesis protein dalam tubuh janin. Sebagai hasil akhirnya, janin tumbuh subur/pesat pada semua tingkat usia kehamilan yang disebut dengan Large for Gestational Age (LGA).
3.      Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Bayi dari ibu diabetes mempunyai pengaruh tinggi terkena RDS. Hal ini berkaitan dengan imaturitas paru sebagai akibat hiperinsulinemia janin. Hiperensulinemia menghambat produksi surfaktan karena hiperinsulinemia memengaruhi perbandingan lesitin dengan spingomielin yang merupaka unsur pembentukan surfaktan.
4.      Anomali Kongenital
Bayi pada ibu diabetes mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami cacat bawaan. Satu penelitian mengindikasikan bahwa kadar glikosilisat hemoglobin yang lebih tinggi pada pasien non-gestasional diabetes yang berhubungan dengan adanya cacat bawaan yang umum seperti hidrosefalus. Kadar gula darah yang meningkat selama trimester pertama dihubungan dengan banyaknya kelainan malformasi fetal, seperti kelainan jantung bawaan.
5.      Hiperbilirubinemia
Hiperbilurubinemia ini bisa terjadi dihubungkan dengan makrosomia, trauma kelahiran dan perdarahan akibat kelahiran dan prematuritas (fungsi hepar imatur).
6.      Hipokalsemia
Hipokalsemia terjadi karena ketidaknormalan pada kadar kalsium ibu yang disalurkan pada janin. Kadar kalsium dalam darah ibu yang tinggi selama kehamilan (diabetes) direspons oleh janin berupa hipoparatiroid yang kemudian menyebabkan hipokalsemia.
7.      Trauma Lahir
Hal ini terjadi akibat tubuh bayi dari ibu diabetes yang melebihi ukuran normal sehingga sering terjadi penyulit pada proses persalinan.


D.    Pathway
 

E.     Tanda Dan Gejala
1.      Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
2.      Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
3.      Muka sembab dan kemerahan (plethonic)
4.      Glokusuria ( terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih dalam urine)
5.      Berat bayi saat didalam kandungan melebihi batas normal.

F.     Manifestasi Klinis
1.      Cenderung berbadan besar dan gemuk, akibat peningkatan lemak badan dan pembesaran visera, disertai wajah yang menggembung dan pletorik(mirip dengan wajah penderita yang mendapat kortikosteroid).
2.      Bayi cenderung kelihatan mudah gugup dan terkejut, gemetar dan terangsang secara berlebihan, selama 3 hari pertama kehidupan.
3.      Dapat pula terjadi hipotonia (otot pada bayi lemas), letargi (penurunan kesadaran) dan aktivitas menyusu buruk.
4.      Mengalami takipnea selama 5 hari pertama kehidupan akibat dari hipoglikemia, hipotermia, polisitemia (kelebihan sel darah merah), payah jantung atau edema serebri akibat trauma atau asfiksia kelahiran.
5.      Terdapat insiden penyakit membran hialin yang lebih tinggiakibat pengaruh antagonis kortisol dan insulin pada sintesis surfaktan.

G.    Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan kecenderungan khusus terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja persalinan pervaginam.
1.      Pemantauan glukosa darah
2.      Pemantauan elektrolit
3.      Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
4.      Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
5.      Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.
6.      Pada bayi asimtomatik, harus ditentukan gula darahnya dalam waktu 1 jam setelah lahir, dan kemudian setiap jam selama 6-8 jam berikutnya.
7.      Jika secara klinik dalam keadaan baik dan normoglikemik, maka dapat dimulai pemberian makanan secara oral atau dengan menggunakan pipa lambung. Mula-mula diberi air steril atau glukosa csir 5%, yang kemudian disusul dengan pemberian susu formula, yang hendaknya dimulai tatkala bayi berumur 2-3 jam.
8.      Jika terdapat permasalahan mengenai toleransi terhadap makanan oral, maka pemberian makanan dilakukan melalui infus intravena, dengan kecepatan 4-8 mg/kg/menit.
9.      Bayi yang memperlihatkan gejala-gejala susunan saraf pusat harus mendapatkan pemeriksaan cairan spinal, untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis atau pendarahan serebral.

H.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah.
2.      Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

I.       Komplikasi
1.      Abortus sampai kematian janin dalam rahim.
2.      Makrosomia dengan komplikasinya.
3.      Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonatus kelainan kongenital.
4.      Kelainan neurologis sampai IQ rendah.
5.      Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan lahir mati.

J.      Prognosis
Perkembangan fisik normal, tetapi bayi yang besar cenderung mengalami obesitas pada masa kanak-kanak yang dapat berlanjut ke kehidupan dewasa. Hipoglikemia simtomatik mungkin akan memperbesar risiko gangguan kecerdasan.
K.    Terapi
1.      Dialysis : peritoneal, hemodialisa
2.      Total Nutrisi Parenteral
3.      Tube feeding Hyperosmolar
4.      Pembedahan
5.      Obat : Glukokortikoid, diuretic, dipenilhidonsion, Agmen Beta Adrenergik Bloking, Agen Immunosupresive, diazoxida.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1).        Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan 
Data subyektif terdiri dari
a.       Biodata atau identitas pasien :
a.         Bayi meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
b.        Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat)
b.      Riwayat kesehatan
a.         Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus makrosomia yaitu :
1)      Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola makan, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2)      Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga.
3)      Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4)      Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
b.        Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
1)      Kala I : perdarahan antepartum (perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu ) baik solusio plasenta (lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian) maupun plasenta previa (perlekatan plasenta yang berada di bagian bawah rahim sehingga berpotensi menutupi jalan lahir, baik sebagian ataupun keseluruhan).
2)      Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
c.         Riwayat post natal, Yang perlu dikaji antara lain :
1)      Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2)      Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adakah kelainan congenital.
c.       Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d.      Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a.       BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b.      BAK : frekwensi, jumlah
e.       Latar belakang sosial budaya
a.       Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah ketergantungan obat-obatan tertentu.
b.      Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kalori dan lemak.
f.       Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan makrosomia karena memerlukan perawatan yang intensif dan monitoring.


2).        Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
1.             Keadaan umum
Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2.             Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
3.             Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia terdapat lanugo (rambut halus dan tipis yang muncul pada kulit janin dan menghilang dalam beberapa waktu setelah kelahiran) dan verniks(lapisan putih krem yang berkembang pada kulit bayi yang belum lahir pada sekitar 20 minggu) di lipatan-lipatan kulit.
4.             Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom(kelainan akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput), ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5.             Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
6.             Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.
7.             Mulut
Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.
8.             Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9.             Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10.         Thorax
Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11.         Abdomen
Bentuk silindris, limpa tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
12.         Umbilikus
Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
13.         Genitalia
Pada neonatus testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14.         Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
15.         Ekstremitas
Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
B.     Diagnosa 
1.      Cedera b.d  trauma kelahiran sekunder terhadap macrosomia
2.      Resiko cedera b.d perubahan glukosa darah, cairan dan elektrolit
3.      Kurang pengetahuan orang tua b.d kurang informasi tentang perawatan bayi.

C.    Intervensi
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Cedera teridentifikasi dan teratasi
Kriteria Hasil :
Bayi tidak mengalami cedera yang tak teridentifikasi /tak teratasi atau gejala sisa neurologis

1.      Laporkan gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter
2.      Dokumentasikan tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan perbaiki pada setiap pergantian shift
3.      Ubah posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam
2.
Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil :
1.      Bayi mampu mempertahankan cairan dan elektrolit.
2.      Bayi mampu mempertahan-kan cairan dan elektrolit dalam rentang normal.
3.      Bayi mampu mencapai dan mempertahan-kan kadar glukosa darah normal
1.      Lakukan pemantauan glukosa darah , setiap 1 jam 3 kali, laporkan nilai-nilai di bawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera
2.      Observasi terhadap tanda dan gejala distres pernafasan
3.      Pantau kadar elektrolit dan Ht sesuai pesanan
4.      Lakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan formula atau air dextrose 5 % sampai 10 % sesuai dosis, ikuti jadwal pemberian makan
5.      Kaji perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam
6.      Observasi terhadap gejala perdarahan intrakranial dan kejang
7.      Pertahankan pemberian glukosa parenteral sesuai pesanan
Kolaborasi
1.      Pemberian hidrokortison bila pemberian glukosa tidak efektif
2.      Berikan suhu lingkungan normal
3.      Pertahankan suhu pada 36,5oC
4.      Berikan suplemen elektrolit
3.
Pengetahuan orang tua meningkat
Kriteria Hasil :
1.      Orang tua dan orang terdekat mampu mengungkapkan gejala buruk pada bayi
2.      Orang tua/orang terdekat mampu memenuhi kebutuhan khusus bayi
1.      Diskusikan dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter
2.      Tekankan pentingnya pemberian makan teratur
3.      Tekankan pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk kehamilan selanjutnya
4.      Ajarkan pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama, tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek samping

D.    Implementasi
Diagnosa
Implementasi
1.
1.      Melaporkan gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter
2.      Mendokumentasikan tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan perbaiki pada setiap pergantian shift
3.      Mengubah posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam
2.
1.      Melakukan pemantauan glukosa darah , setiap 1 jam 3 kali, laporkan nilai-nilai di bawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera sesuai dengan anjuran dokter.
2.      Mengbservasi terhadap tanda dan gejala distres pernafasan
3.      Memantau kadar elektrolit sesuai dengan anjuran dokter
4.      Melakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan formula atau air dextrose 5 % sampai 10 % sesuai dosis, ikuti jadwal pemberian makan sesuai dengan anjuran dokter
5.      Mengkaji perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam
6.      Mengobservasi terhadap gejala perdarahan intrakranial dan kejang
7.      Mempertahankan pemberian glukosa parenteral sesuai dengan anjuran dokter.
Kolaborasi
1.      Memberian hidrokortison bila pemberian glukosa tidak efektif sesuai anjuran dokter
2.      Memberikan suhu lingkungan yang normal
3.      Mempertahankan suhu pada 36,5oC
4.      Memberikan suplemen elektrolit sesuai anjuran dokter
3.
1.      Mendiskusikan dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter
2.      Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemberian makan teratur
3.      Memberikan pengetahuan tentang pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk kehamilan selanjutnya
4.      Mengajarkan pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama, tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek samping



E.     Evaluasi
Hasil yang diharapkan untuk setiap rencana dan implementasi rencana keperawatan adalah :
a.       Bayi tidak mengalami RDS (disfungsi pernafasan pada neonatus) dan perubahan metabolism berarti
b.      Orangtua memahami penyebab masalah kesehatan pada bayi dan langkah pencegahan yang cepat dimulai untuk menurunkan dampak diabetes dari ibu pada bayi.
c.       Orang tua menyatakan perhatiannya terhadap masalah bayi dan memahami alasan yang melatar belakangi manajemen (penatalaksanaan) yang dilakukan terhadap bayi mereka.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bayi dari ibu diabetes adalah bayi yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes dengan tanda dan gejala, yaitu berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir, wajah menggembung, pletoris (wajah tomat), muka sembab dan kemerahan (plethonic), glokusuria (terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih dalam urine), berat bayi saat didalam kandungan melebihi batas normal.
Maka dari itu kita melakuakan asuhan keperawatan dengan langkah pengkajian yang terdapat data subjektif dan obyektif sehingga terbentuk data focus, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

B.     Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada askep ini, yaitu :
1.         Dengan adanya askep mengenai bayi dari ibu diabetes ini dapat membuka cakrawala berfikir khususnya bagi calon-calon perawat pemula.
2.         Dengan adanya askep ini kita bisa tahu dan bisa membimbing wanita hamil agar terhindar untuk mengurangi resiko terjadinya bayi diabetes.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Wong. 2002.  Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGC.
2.      Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN.  2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: ECG.
3.      Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.
4.      Suriadi, dkk. 2001. Askep Pada Anak. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.
5.      Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I. Jakarta : EGC
6.      Tjokonegoro Arjatmo, Hendra Utama. 1996, Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7.      Rahayu, Anita dan Rodiani. 2016, Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia volume 5. Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar