MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN
BAYI
DENGAN IBU DIABETES MELITUS
Disusun
oleh :
Nama : Nurdyah Ayu Oktaviani
NIM : P1337420117002
Kelas : 2-A1
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran allah SWT telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Makalah
Asuhan Keperawatan Bayi dengan Ibu Diabetes Melitus” dengan baik.
Tujuan penulis makalah ini adalah untuk menambah nilai
mata kuliah Keperawatan Anak serta merupakan bentuk
tanggung jawab penulis pada tugas yang dberikan. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Budiyati, SKep, Mkep,
SpKepAn selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak dan pihak-pihak lain
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis berharap walaupun makalah ini belum sempurna, tetapi hendaklah makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Semarang, 2
Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
|
i
|
KATA PENGANTAR
...........................................................................
|
ii
|
DAFTAR ISI
..........................................................................................
|
iii
|
BAB I PENDAHULUAN
......................................................................
|
1
|
A. Latar
belakang .........................................................................
|
1
|
B. Rumusan
Masalah ...................................................................
|
2
|
C.
Tujuan Penulisan .....................................................................
|
2
|
BAB II
TINJAUAN TEORI .................................................................
|
3
|
A. Definisi
.....................................................................................
|
3
|
B. Etilogi
.......................................................................................
C. Patofisiologi
.............................................................................
D. Pathway
....................................................................................
E. Tanda
dan Gejala .....................................................................
F. Manifestasi
Klinis ....................................................................
G. Penatalaksanaan
.......................................................................
H. Pemeriksaan
Penunjang ...........................................................
I. Komplikasi
...............................................................................
J. Prognosis
..................................................................................
K. Terapi
.......................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
...............................................
A. Pengkajian
..............................................................................
B. Diagnosa
.................................................................................
C. Intervensi
.................................................................................
D. Implementasi
...........................................................................
E. Evaluasi
...................................................................................
|
3
3
6
6
6
7
8
8
8
8
9
9
13
13
14
16
|
BAB IV
PENUTUP ..............................................................................
|
17
|
A.
Simpulan .................................................................................
|
17
|
B.
Saran ........................................................................................
|
17
|
DAFTAR
PUSTAKA .…………………………………....…………….
|
18
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai
satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap
kehamilan terutama kehamilan pertama. Kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4
kali.
Gangguan pada kehamilan mumnya ditemukan pada
kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan
mengakibatkan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang besar
baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandung selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan
nifas normal.
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada
kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir
apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani.
Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari
4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi yang begitu lahir adalah sekitar
2.500-4000 gram.
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor
keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita
hamil dengan diabetes mellitus. Pada panggul normal, janin dengan berat badan
kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan.
Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras
(pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu
yang lebar sulit melalui rongga panggul.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi bayi dari ibu diabetes mellitus?
2.
Apa etiologi bayi dari ibu diabetes
mellitus?
3.
Bagaimana patofisiologi bayi dari ibu
diabetes mellitus?
4.
Bagaimana pathway bayi dari ibu diabetes
mellitus?
5.
Apa
saja tanda dan gejala bayi dari ibu diabetes mellitus?
6.
Apa saja manifestasi klinis bayi dari
ibu diabetes mellitus?
7. Bagaimana
penatalaksanaan bayi dari ibu diabetes mellitus?
8. Bagaimana
pemeriksaan penunjang bayi dari ibu diabetes mellitus?
9. Apa
komplikasi yang terjadi kepada bayi dari ibu diabetes mellitus?
10. Apa
prognosis pada bayi dari ibu diabetes mellitus?
11. Bagaimana
terapi yang sesuai untuk bayi dari ibu diabetes mellitus?
12. Bagaimana
Asuhan Keperawatan bayi dari ibu diabetes mellitus?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan pada anak dengan ibu diabetes melitus
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa
mampu membuat pengkajian pada anak dengan ibu diabetes melitus
b.
Mahasiswa
mampu menegakkan diagnosa pada anak dengan ibu diabetes melitus
c.
Mahasiswa
mampu mengimplementasi pada anak dengan ibu diabetes melitus
d.
Mahasiswa
mampu mengevaluasi pada anak dengan ibu diabetes melitus
e.
Mahasiswa
mengetahui konsep pada anak dengan ibu diabetes melitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Bayi
dari ibu diabetes adalah bayi yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes.Bayi dari ibu diabetes adalah penyakit kronik yang
komplek yang dikarakterisasikan dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, hiperglikemi,arterisklerosis, dan neuropatik (gangguan struktus
dan fungsi ginjal).
Bayi
yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes mempunyai morfologik tertentu yang
jelas dan sama yaitu ukuran badan yang besar, makrosomia dan resiko angka
kesakitan yang tinggi pada ibu hamil. Ibu diabetes akan melahirkan bayi dengan
berat badan yang berlebihan, pada semua tingkat usia kehamilan dan bayi dengan
berat badan lahir rendah pada kehamilan 37-40 minggu.
B. Etiologi
1.
Ibu
penderita diabetes (bayi beresiko untuk terjadi hipoglikemia)
2.
Multipara
3.
Ibu
dengan predisposisi genetik untuk bayi dengan berat badan berlebihan
4.
Insiden
yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan
insulin pola sintesis surfakton.
C. Patofisiologi
Diabetes pada
ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yang dilahirkannya.
Gangguan tersebut antara lain:
1.
Hipoglikemia.
Ibu diabetes
akan mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia pada ibu ini juga menyebabkan
hiperglikemia pada janin (difusi memalui plasenta). Bila glukosa dapat
berdifusi melalui plasenta, sebaliknya insulin ibu tidak dapat ditransfer ke
janin. Hal ini menyebabkan pangkreas janin terangsang untuk memproduksi insulin
sendiri. Hasilnya adalah hiperinsulinemia pada janin. Segera setelah lahir
terjadi pemutusan aliran darah ibu ke janin, akibatnya suplai glukosa dari ibu juga
terhenti. Namun insulin masih tetap diproduksi oleh pangkreas bayi sebagai
adaptasi terhadap kondisi hperglikemia sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan
hipoglikemia pada bayi baru lahir.
2.
Makrosomia.
Bayi pada ibu
diabetes cenderung lebih besar dan montok daripada bayi lahir normal. Mekanisme
yang menyebabkan janin ini tumbuh berlebih belum diketahui dengan pasti. Akan
tetapi, dari beberapa penelitian didapatkan adanya korelasi positif antara
tingkat hiperglikemia ibu dan tingkat makrosomia janin pada ibu yang tidak
mengalami penyakit vaskuler. Hal tersebut dimungkinkan karena hiperglikemia dan
hiperinsulinemia pada janin secara bersama-sama dapat menyebabkan
peningkatansintesis glikogen, lipogenesis dan sintesis protein dalam tubuh
janin. Sebagai hasil akhirnya, janin tumbuh subur/pesat pada semua tingkat usia
kehamilan yang disebut dengan Large for
Gestational Age (LGA).
3.
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Bayi dari ibu
diabetes mempunyai pengaruh tinggi terkena RDS. Hal ini berkaitan dengan
imaturitas paru sebagai akibat hiperinsulinemia janin. Hiperensulinemia
menghambat produksi surfaktan karena hiperinsulinemia memengaruhi perbandingan
lesitin dengan spingomielin yang merupaka unsur pembentukan surfaktan.
4.
Anomali Kongenital
Bayi pada ibu
diabetes mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami cacat bawaan.
Satu penelitian mengindikasikan bahwa kadar glikosilisat hemoglobin yang lebih
tinggi pada pasien non-gestasional diabetes yang berhubungan dengan adanya
cacat bawaan yang umum seperti hidrosefalus. Kadar gula darah yang meningkat
selama trimester pertama dihubungan dengan banyaknya kelainan malformasi fetal,
seperti kelainan jantung bawaan.
5.
Hiperbilirubinemia
Hiperbilurubinemia
ini bisa terjadi dihubungkan dengan makrosomia, trauma kelahiran dan perdarahan
akibat kelahiran dan prematuritas (fungsi hepar imatur).
6.
Hipokalsemia
Hipokalsemia
terjadi karena ketidaknormalan pada kadar kalsium ibu yang disalurkan pada
janin. Kadar kalsium dalam darah ibu yang tinggi selama kehamilan (diabetes) direspons
oleh janin berupa hipoparatiroid yang kemudian menyebabkan hipokalsemia.
7.
Trauma Lahir
Hal ini terjadi
akibat tubuh bayi dari ibu diabetes yang melebihi ukuran normal sehingga sering
terjadi penyulit pada proses persalinan.
D.
Pathway
E. Tanda
Dan Gejala
1.
Berat
badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
2.
Wajah
menggembung, pletoris (wajah tomat)
3.
Muka
sembab dan kemerahan (plethonic)
4.
Glokusuria
( terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih dalam
urine)
5.
Berat
bayi saat didalam kandungan melebihi batas normal.
F. Manifestasi Klinis
1.
Cenderung berbadan besar dan gemuk,
akibat peningkatan lemak badan dan pembesaran visera, disertai wajah yang
menggembung dan pletorik(mirip dengan wajah penderita yang mendapat
kortikosteroid).
2.
Bayi cenderung kelihatan mudah gugup dan
terkejut, gemetar dan terangsang secara berlebihan, selama 3 hari pertama
kehidupan.
3.
Dapat pula terjadi hipotonia (otot pada
bayi lemas), letargi (penurunan kesadaran) dan aktivitas menyusu buruk.
4.
Mengalami takipnea selama 5 hari pertama
kehidupan akibat dari hipoglikemia, hipotermia, polisitemia (kelebihan sel
darah merah), payah jantung atau edema serebri akibat trauma atau asfiksia
kelahiran.
5.
Terdapat insiden penyakit membran hialin
yang lebih tinggiakibat pengaruh antagonis kortisol dan insulin pada sintesis
surfaktan.
G. Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan
ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan
faktor-faktor yang diketahui merupakan kecenderungan khusus terhadap makrosomia
(bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan
yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga
aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja
persalinan pervaginam.
1.
Pemantauan
glukosa darah
2.
Pemantauan
elektrolit
3.
Pemberian
glukosa parenteral sesuai indikasi
4.
Bolus
glukosa parenteral sesuai indikasi
5.
Hidrokortison
5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak
efektif.
6.
Pada
bayi asimtomatik, harus ditentukan gula darahnya dalam waktu 1 jam setelah
lahir, dan kemudian setiap jam selama 6-8 jam berikutnya.
7.
Jika
secara klinik dalam keadaan baik dan normoglikemik, maka dapat dimulai
pemberian makanan secara oral atau dengan menggunakan pipa lambung. Mula-mula
diberi air steril atau glukosa csir 5%, yang kemudian disusul dengan pemberian
susu formula, yang hendaknya dimulai tatkala bayi berumur 2-3 jam.
8.
Jika
terdapat permasalahan mengenai toleransi terhadap makanan oral, maka pemberian
makanan dilakukan melalui infus intravena, dengan kecepatan 4-8 mg/kg/menit.
9.
Bayi
yang memperlihatkan gejala-gejala susunan saraf pusat harus mendapatkan
pemeriksaan cairan spinal, untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis atau
pendarahan serebral.
H. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemantauan
glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah.
2.
Hemoglobin
(Hb), Hematokrit (Ht)
I.
Komplikasi
1.
Abortus sampai kematian janin dalam rahim.
2.
Makrosomia dengan komplikasinya.
3.
Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonatus kelainan
kongenital.
4.
Kelainan neurologis sampai IQ rendah.
5.
Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan lahir
mati.
J. Prognosis
Perkembangan fisik normal, tetapi
bayi yang besar cenderung mengalami obesitas pada masa kanak-kanak yang dapat
berlanjut ke kehidupan dewasa. Hipoglikemia simtomatik mungkin akan memperbesar
risiko gangguan kecerdasan.
K. Terapi
1.
Dialysis
: peritoneal, hemodialisa
2.
Total
Nutrisi Parenteral
3.
Tube
feeding Hyperosmolar
4.
Pembedahan
5. Obat : Glukokortikoid, diuretic,
dipenilhidonsion, Agmen Beta Adrenergik Bloking, Agen Immunosupresive,
diazoxida.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1).
Data
Subyektif
Data
subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
Data subyektif
terdiri dari
a.
Biodata
atau identitas pasien :
a.
Bayi
meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
b.
Orangtua
meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat)
b.
Riwayat
kesehatan
a.
Riwayat
antenatal yang
perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus makrosomia yaitu
:
1)
Keadaan
ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola makan, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan
paru.
2)
Riwayat
persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga.
3)
Pemeriksaan
kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4)
Hari
pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate
atau preterm).
b.
Riwayat
natal komplikasi
persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi
baru lahir. Yang perlu dikaji :
1)
Kala
I : perdarahan antepartum (perdarahan jalan
lahir setelah kehamilan 22 minggu ) baik solusio plasenta (lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam
sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian) maupun plasenta previa (perlekatan plasenta
yang berada di bagian bawah rahim sehingga berpotensi menutupi jalan lahir,
baik sebagian ataupun keseluruhan).
2)
Kala
II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
c.
Riwayat
post natal, Yang
perlu dikaji antara lain :
1)
Agar
score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2)
Berat
badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adakah kelainan
congenital.
c.
Pola
nutrisi
Yang
perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan
nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
d.
Pola
eliminasi
Yang
perlu dikaji pada neonatus adalah
a.
BAB
: frekwensi, jumlah, konsistensi.
b.
BAK
: frekwensi, jumlah
e.
Latar
belakang sosial budaya
a.
Kebudayaan
yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah ketergantungan obat-obatan
tertentu.
b.
Kebiasaan
ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kalori dan lemak.
f.
Hubungan
psikologis
Sebaiknya
segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi
bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan makrosomia karena memerlukan perawatan yang intensif
dan monitoring.
2).
Data
Obyektif
Data
obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul,
1995)
1.
Keadaan
umum
Pada
neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang
stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2.
Tanda-tanda
Vital
Neonatus
post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat
dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh
< 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh >
37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter
Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan
fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan
pasien (Effendi Nasrul, 1995).
3.
Kulit
Warna
kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia
terdapat lanugo (rambut halus dan tipis
yang muncul pada kulit janin dan menghilang dalam beberapa waktu setelah
kelahiran) dan
verniks(lapisan putih krem yang berkembang pada kulit bayi yang belum
lahir pada sekitar 20 minggu)
di lipatan-lipatan kulit.
4.
Kepala
Kemungkinan
ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom(kelainan
akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi
sebatas caput), ubun-ubun besar cekung atau
cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5.
Mata
Warna
conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
6.
Hidung
Tidak
terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.
7.
Mulut
Bibir
berwarna merah, ada lendir atau tidak.
8.
Telinga
Perhatikan
kebersihannya dan adanya kelainan
9.
Leher
Perhatikan
kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10.
Thorax
Bentuk
simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
11.
Abdomen
Bentuk
silindris, limpa tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi.
12.
Umbilikus
Tali pusat
normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada
tali pusat.
13.
Genitalia
Pada
neonatus testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14.
Anus
Perhatiakan
adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
15.
Ekstremitas
Warna
merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
B.
Diagnosa
1.
Cedera
b.d trauma kelahiran sekunder terhadap macrosomia
2.
Resiko
cedera b.d perubahan glukosa darah, cairan dan elektrolit
3.
Kurang
pengetahuan orang tua b.d kurang informasi tentang perawatan bayi.
C. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Cedera teridentifikasi dan
teratasi
Kriteria Hasil :
Bayi tidak mengalami cedera yang
tak teridentifikasi /tak teratasi atau gejala sisa neurologis
|
1.
Laporkan
gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter
2.
Dokumentasikan
tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan perbaiki pada setiap pergantian
shift
3.
Ubah
posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam
|
2.
|
Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil :
1. Bayi mampu mempertahankan cairan
dan elektrolit.
2. Bayi mampu mempertahan-kan cairan
dan elektrolit dalam rentang normal.
3. Bayi mampu mencapai dan
mempertahan-kan kadar glukosa darah normal
|
1.
Lakukan
pemantauan glukosa darah , setiap 1 jam 3 kali, laporkan nilai-nilai di bawah
45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera
2.
Observasi
terhadap tanda dan gejala distres pernafasan
3.
Pantau
kadar elektrolit dan Ht sesuai pesanan
4.
Lakukan
pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan formula atau air dextrose 5
% sampai 10 % sesuai dosis, ikuti jadwal pemberian makan
5.
Kaji
perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam
6.
Observasi
terhadap gejala perdarahan intrakranial dan kejang
7.
Pertahankan
pemberian glukosa parenteral sesuai pesanan
Kolaborasi
1.
Pemberian
hidrokortison bila pemberian glukosa tidak efektif
2.
Berikan
suhu lingkungan normal
3.
Pertahankan
suhu pada 36,5oC
4.
Berikan
suplemen elektrolit
|
3.
|
Pengetahuan orang tua meningkat
Kriteria Hasil :
1. Orang tua dan orang terdekat mampu
mengungkapkan gejala buruk pada bayi
2. Orang tua/orang terdekat mampu
memenuhi kebutuhan khusus bayi
|
1.
Diskusikan
dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia untuk dilaporkan
kepada perawat atau dokter
2.
Tekankan
pentingnya pemberian makan teratur
3.
Tekankan
pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk kehamilan selanjutnya
4.
Ajarkan
pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama, tujuan, dosis, waktu
pemberian, dan efek samping
|
D.
Implementasi
Diagnosa
|
Implementasi
|
1.
|
1.
Melaporkan
gejala-gejala cedera kelahiran pada dokter
2.
Mendokumentasikan
tujuan pengkajian pada catatan perawatan dan perbaiki pada setiap pergantian
shift
3.
Mengubah
posisi dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 jam
|
2.
|
1.
Melakukan
pemantauan glukosa darah , setiap 1 jam 3 kali, laporkan nilai-nilai di bawah
45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera sesuai dengan anjuran dokter.
2.
Mengbservasi
terhadap tanda dan gejala distres pernafasan
3.
Memantau
kadar elektrolit sesuai dengan anjuran dokter
4.
Melakukan
pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam usia dengan formula atau air dextrose 5
% sampai 10 % sesuai dosis, ikuti jadwal pemberian makan sesuai dengan
anjuran dokter
5.
Mengkaji
perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam
6.
Mengobservasi
terhadap gejala perdarahan intrakranial dan kejang
7.
Mempertahankan
pemberian glukosa parenteral sesuai dengan anjuran dokter.
Kolaborasi
1.
Memberian
hidrokortison bila pemberian glukosa tidak efektif sesuai anjuran dokter
2.
Memberikan
suhu lingkungan yang normal
3.
Mempertahankan
suhu pada 36,5oC
4.
Memberikan
suplemen elektrolit sesuai anjuran dokter
|
3.
|
1.
Mendiskusikan
dengan orang tua tentang tanda dan gejala hipoglikemia untuk dilaporkan
kepada perawat atau dokter
2.
Memberikan
pengetahuan tentang pentingnya pemberian makan teratur
3.
Memberikan
pengetahuan tentang pentingnya perawatan prenatal dini dan baik untuk
kehamilan selanjutnya
4.
Mengajarkan
pemberian obat-obatan bila diindikasikan termasuk nama, tujuan, dosis, waktu
pemberian, dan efek samping
|
E. Evaluasi
Hasil
yang diharapkan untuk setiap rencana dan implementasi rencana keperawatan
adalah :
a.
Bayi
tidak mengalami RDS (disfungsi pernafasan
pada neonatus) dan perubahan
metabolism berarti
b.
Orangtua
memahami penyebab masalah kesehatan pada bayi dan langkah pencegahan yang cepat
dimulai untuk menurunkan dampak diabetes dari ibu pada bayi.
c.
Orang
tua menyatakan perhatiannya terhadap masalah bayi dan memahami alasan yang
melatar belakangi manajemen (penatalaksanaan) yang dilakukan terhadap bayi mereka.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi dari ibu diabetes adalah bayi
yang dilahirkan dari ibu penderita diabetes dengan tanda dan gejala, yaitu berat badan lebih dari 4000 gram
pada saat lahir, wajah menggembung, pletoris (wajah tomat), muka sembab dan
kemerahan (plethonic), glokusuria (terdapatnya
glukosa/gula dalam jumlah yang berlebih dalam urine), berat bayi saat didalam kandungan
melebihi batas normal.
Maka
dari itu kita melakuakan asuhan keperawatan dengan langkah pengkajian yang
terdapat data subjektif dan obyektif sehingga terbentuk data focus, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya
sampaikan pada askep ini, yaitu :
1.
Dengan
adanya askep mengenai bayi dari ibu diabetes ini dapat membuka cakrawala
berfikir khususnya bagi calon-calon perawat pemula.
2.
Dengan
adanya askep ini kita bisa tahu dan bisa membimbing wanita hamil agar terhindar
untuk mengurangi resiko terjadinya bayi diabetes.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Wong. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
Volume 2. Jakarta: EGC.
2.
Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN. 2003. Perawatan
Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: ECG.
3.
Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.
4.
Suriadi, dkk. 2001. Askep
Pada Anak. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.
5. Arvin
Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume
I. Jakarta : EGC
6. Tjokonegoro Arjatmo, Hendra Utama. 1996, Ilmu
Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
7. Rahayu,
Anita dan Rodiani. 2016, Efek Diabetes
Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia volume 5. Lampung :
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar