LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA DENGAN GANGGUAN PERSONAL HYGIENE
Oleh:
Nama : Nurdyah Ayu Oktaviani
NIM :
P1337420117002
Prodi : DIII Keperawatan Semarang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2018
I.
KONSEP
DASAR
1. Definisi
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani
yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal
hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah
satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatan, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan
diri. Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan
kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi
gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi
tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi
aktifitas, dan cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.
2.
Etiologi
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan (ketidaksediaan sarana dan
prasarana)
d. Ketidaknyamanan merasakan hubungan spasial
e. Ansietas
f. Kelemahan
3.
Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari
otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut:
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini
akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma
, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
4.
Tanda dan Gejala
a.
Stadium Dini
Faktor hipersekresi
yang lebih menonjol
1).
Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2).
Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya
hilang timbul
3).
Whezing belum ada
4).
Belum ada kelainan bentuk thorak
5).
Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6).
BGA belum patologis
Faktor spasme
bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1).
Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2).
Whezing
3).
Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4).
Penurunan tekanan parsial O2
b.
Stadium Lanjut/Kronik
1)
Batuk, ronchi
2)
Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3)
Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4)
Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5)
Thorak seperti barel chest
6)
Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7)
Sianosis
8)
BGA Pa O2 kurang dari 80%
9)
Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan
kiri
Adapun Tanda dan
Gejala yang lain
a).
Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
b).
Batuk produktif, sering pada malam hari
c).
Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
d).
Sesak napas
e).
Sesak dada
f).
Batuk berlebihan atau batuk yang membuat terjaga di malam hari
II.
Pathway
III.
Pengkajian
1.
Data Objektif
a.
Pengukuran tensi
b.
Pengukuran suhu
c.
Pengukuran nadi
d.
Pengukuran pernapasan
2.
Data subjektif
a.
Biodata pasien
b.
Status kesehatan saat ini
-
Alasan masuk rumah sakit
-
Faktor pencetus
-
Faktor pemberat kekurangan oksigen
-
Keluhan utama
-
Timbulnya keluhan
-
Pemahaman penatalaksanaan masalah kesehatan
-
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
-
Diagnose medik
c.
Status kesehatan masa lalu
-
Penyakit yang pernah dialami
-
Pernah dirawat
-
Riwayat alergi
-
Kebiasaan obat-obat
IV.
Rumusan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d
a. Gangguan
batuk
b. Penurunan
tingkat kesadaran
2. Gangguan
pertukaran gas b.d
a. Penurunan
ekspansi paru
b. Adanya
sekresi paru
c. Pemasukan
oksigen yang tidak adekuat
3. Ketidakefektifan
pola nafas b.d
a. Imobilitas
b. Depresi
ventilasi akibat penggunaan narkotik
c. Kerusakan
neuromuskular
d. Obstruksi
jalan napas
4. Penurunan
curah jantung b.d
a. Peningkatan
beban kerja ventrikel.
b. Irama
jantung yang tidak teratur
c. Denyut
jantung yang cepat
5. Gangguan
pertukaran gas b.d
a. Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
b. Perubahan
membran kapiler alveolar
V.
Perencanaan
1. Tujuan
intervensi : mengembalikan pola pernafasan pasien yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Kriteria
hasil :
a.
Klien dapat bernafas dengan baik dengan
jeda waktu yang stabil (tidak sesak nafas).
b.
Klien melaporkan perasaan segar (lebih
nyaman) saat terpasangnya oksigen.
c.
Klien tampak segar dengan bantuan
oksigen.
2.
Intervensi :
a.
Kaji tanda-tanda vital, sianosis, status
pernafasan dan status mental.
Rasional : agar dapat
memantau perkembangan pernafasan pasien.
b.
Kaji toleransi aktivitas : mulainya
nafas pendek , nyeri, palpitasi dan pusing.
Rasional : agar dapat mempermudah
penanganan pertolongan pertama yang diberikan.
c.
Monitor denyut jantung irama, nadi dan
efektifitas pemberian oksigen..
Rasional : agar dapat
memantau perkembangan kebutuhan pernafasan pasien.
d.
Monitor status mental : gelisah dan
cemas.
Rasional
: kegelisahan dan kecemasan dapat meningkatkan ketidakstabilan pernafasan
(sesak nafas).
e.
Atur posisi tidur sesuai kondidi kllien.
Rasional : dengan
posisi semi fowler – fowler dapat meringankan sesak nafas.
f.
Hindari Valsafa manuver : mengejan,
bersin, menahan bowel, menahan BAB/BAK.
Rasional : valsafa
mannuver dapat menyebabkan pemberhentian nafas sebentar dan dapat mengakibatkan
sesak nafas.
g.
Memberikan informasi meliputi pembatasan
aktifitas, perubahan diagnosa kepada klien dan keluhannya.
Rasional : agar dapat
memonitori tingkat kebutuhan oksigen yang dibutuhkan.
h.
Kolaborasi : medis (untuk pemberian
terapi antiaritiarimia, nitrogliserin, vasodilator, anti koagula, terapi cairan
dan oksigenasi) sosial pastoral ahli gizi.
DAFTAR
PUSTAKA
q
Potter, Patricia A. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik / Patricia A. Potter,
Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata Komalasari..(et al) ; editor edisi
Bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulian. –Ed.4.- Jakarta:
EGC,2005
q
Diagnosis Keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather Herdman ;alih bahasa, Made
Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester. – Jakarta : EGC, 2010
q
Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia/ penulis, A. Aziz Alimul HIdayat,Musrifutul Uliyah : editor, Monica
Ester. – Jakarta : EGC, 2004
q
http://raninursing.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar